Perguruan tinggi memainkan peran yang sangat penting dan strategis dalam membantu mengatasi masalah stunting di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc., PhD., Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN.
“Peran perguruan tinggi sangat penting dan strategis karena negara kita masih memiliki tingkat stunting yang tinggi, dengan lebih dari 30 persen. Ada empat wilayah dengan tingkat stunting tertinggi, yaitu NTT, Sulawesi Barat, NTB, dan Aceh,” kata Prof. Damanik dalam pertemuan Focus Group Discussion (FGD) di Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang pada Kamis (6/10/2022).
Lebih lanjut, Prof. Damanik menjelaskan bahwa perguruan tinggi dapat membantu pemerintah dalam memberikan pendampingan kepada keluarga yang berisiko stunting, sehingga ibu-ibu dapat melahirkan bayi yang sehat melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021, perguruan tinggi termasuk dalam struktur sebagai Koordinator Monitoring Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting dalam pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI). Salah satu peran perguruan tinggi adalah membantu masyarakat dalam pemenuhan gizi yang sehat, beragam, dan seimbang.
“Masih ada masyarakat yang terkena dampak penggunaan pestisida pada tanaman sayur dan buah, yang menyebabkan polusi. Kami berpartisipasi dalam mengantisipasi dampak-dampak tersebut, termasuk stunting. Oleh karena itu, kami melakukan berbagai kegiatan bekerja sama dengan BKKBN untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” jelas Prof. Damanik.
Stunting merupakan salah satu tantangan besar dalam upaya pembangunan sumber daya manusia untuk menciptakan generasi yang unggul dan berkualitas. Meskipun Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 menunjukkan penurunan angka prevalensi stunting dari 27,7% pada tahun 2019 menjadi 24,4% pada tahun 2021, angka tersebut masih cukup tinggi mengingat standar WHO menetapkan angka stunting di bawah 20% di suatu negara. Dengan prevalensi stunting sebesar 24,4%, artinya 6 juta dari 23 juta anak Indonesia mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Pemerintah berusaha menurunkan angka stunting dengan target prevalensi stunting mencapai 14% pada tahun 2024. Namun, upaya dan tanggung jawab dalam menurunkan angka stunting tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan membutuhkan keterlibatan aktif dan kolaborasi multisektoral.
Baca Juga : Mahasiswa UGM Mengembangkan Solusi Deteksi Dini Stunting dengan IoT
Prof. Damanik menyambut baik sinergi yang luar biasa ini, yang dapat menjadi referensi bagi semua pihak dalam menangani permasalahan serius, termasuk stunting. Dalam program ini, seluruh elemen masyarakat dan mahasiswa dapat berperan dalam menurunkan angka stunting.
“Mahasiswa memiliki peran penting, Mahasiswa Peduli Stunting, karena kesadaran dan pemahaman masyarakat adalah kunci utama dalam upaya mencegah dan mengatasi stunting,” pesannya.
Pertemuan ini diresmikan oleh Dr. Ir. Aris Winaya, MM., MSi, IPU., Dekan Fakultas Pertanian Peternakan, dan dihadiri oleh Dr. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD., Dekan Fakultas Kedokteran, Prof. Dr. Ir. Indah Prihartini, MP., IPU., dosen Fakultas Pertanian Peternakan, Dr. Iswari Hariastuti, M.Kes., Peneliti BRIN, Sukamto, SE., M.Si, Koordinator Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, dan dosen di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam sambutannya, Dr. Aris menyampaikan bahwa percepatan penurunan stunting dapat dilakukan melalui pendekatan berbagai penelitian jangka panjang dan komunikasi yang intensif serta berkelanjutan mengenai isu-isu kesehatan di lapangan.
“Mahasiswa berperan sebagai pengaruh yang dapat mengedukasi masyarakat. Di kampus, terdapat program KKN tematik, dan percepatan penurunan stunting menjadi salah satu program prioritas kami,” tambahnya.
Sumber : https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/perguruan-tinggi-punya-peran-strategis-bantu-atasi-stunting